Oleh: Ustadz Shahih Alhasan, Lc
Khutbah Pertama
الحَمْدُ للهِ الربِّ الغَفُوْر، العَفُوالرَّؤُوْف الشَكُوْر، الَّذِي وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ لِتَحْصَيْلِ المَكَاسِبِ وَالأجُوْرِ، وَجَعَلَ شُغْلَهُمْ بِتَحْقِيْقِ الإيْمَانِ وَالعَمَل ِالصَّالِح، يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، وَأشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الَّذِي بِيَدِهِ تَصَارِيْفُ الأمُوْرِ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أفْضَلُ آمِرٍ وَأجَلُّ مَأمُوْرٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسّلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ البَعْثِ وَالنُّشُوْرِ .
أَمَا بَعْدَ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ) [آل عمران: 102]
قَالُ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ) [آل عمران: 102]
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 70 يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )[الأحزاب: 70-71]
فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillah segala puji senantiasa kita haturkan kehadirat Illahi Robbi yang telah menganugerahkan berbagai kenikmatan kepada kita semua, melimpahkan kenikmatan iman dan kesehatan sehingga bisa menunaikan ibadah Jum’at yang insyaAllah dan semoga diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan Nabi agung Muhammad Shallallahu alaihi wasallam serta keluarga dan para sahabatnya.
Mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dengan takwa kita akan dapat meraih rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam salah satu riwayat shahih Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda,
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ .
“Sesungguhnya apabila seseorang di antara kalian mengambil tambang kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah lebih baik baginya dari pada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunai keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian meminta-minta padanya, adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak.” (HR. Bukhari, 5/320 dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan tentang betapa pentingnya “bekerja” bagi seorang Muslim, walau hanya dengan mencari kayu bakar.
Dalam banyak firman-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memotivasi manusia agar senantiasa bekerja dalam kehidupannya,
(وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا) [النبأ: 11]
“Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja).” (An-Naba’: 11)
(وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ )[الأعراف: 10]
“Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan (bekerja). Tetapi sedikit sekali di antaramu yang bersyukur.” (Al’raf: 10)
(فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ )[الجمعة: 10]
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah: 10)
(هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ) [الملك: 15]
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-Mulk: 15)
Bekerja merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menjadi kewajiban setiap manusia, semenjak masa Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Daud Alaihissalam tidak makan melainkan dari hasil jerih payah kerja tangan beliau sendiri, Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah seorang pedagang. Beliau juga pernah bersabda,
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ .
“Tidak seorang Rasul pun diutus Allah kecuali ia bekerja sebagai penggembala domba. Para sahabat bertanya, “bagaimana dengan dirimu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Ya, saya dulu mengembala domba untuk penduduk Makkah.” (HR. Bukhari, 8/21)
Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai seorang teladan selalu memberikan motivasi kepada semua sahabatnya untuk selalu giat dan bekerja dengan benar, seperti dalam penuturan beliau,
التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ الأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاء
“Pedagang yang lurus dan jujur kelak akan tinggal bersama para Nabi, Shiddiqin, dan Syuhada’,” (HR. Tirmidzi 1209 dan Al-Hakim 2143)
Nasihat ini ditujukan untuk sahabatnya yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang (wirausahawan) . Sedangkan untuk mereka yang bekerja sebagai petani dan tukang kebun, beliau bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Setiap Muslim yang menanam satu tanaman atau menyemai satu semaian lalu (buahnya) dimakan oleh manusia atau binatang, maka ia dianggap telah bersedekah.” (Muttaffaqqun ‘alaih, Bukhari, No. 2/5 dan Muslim, No. 1552, 1553)
Bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad, jika sang konsisten terhadap hukum Allah, suci niatnya, serta dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga bahkan masyarakat dan negara. Disabdakan,
إِنْ كَانَ يَسْعَى عَلىَ وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلىَ أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلىَ نَفْسِهِ لِيَعِفَّهَا فَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلىَ أهله فَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى تَفَاخُرًا وَتَكَاثُرًا فَفِي سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ
“…kalau ada seseorang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiayai anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha Fisabilillah. Jikalau ia keluar bekerja untuk kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itupun Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk keluarganya, maka ia Fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja untuk pamer atau untuk bermegah-megahan, maka itulah Fisabili Syaithan atau karena mengikutu jalan Syaithan.” (HR. Thabrani 2/148)
Di samping itu seorang Muslim juga harus senantiasa menjaga amanah serta melakukannya dengan profesional.
إِنَّ الله يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat sebaik-baiknya (profesional) ” (HR. Baihaqi 5312)
Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah,
Sudah amat jelas dan gamblang, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seseorang untuk bekerja. Lantas kenapa seseorang diharuskan untuk bekerja?
Pertama, Seorang Muslim diperintahkan bekerja, untuk memenuhi kebutuhan pribadi dengan harta yang halal, mencegahnya dari kehinaan meminta-minta, dan menjaga tangannya agar tetap berada di atas.
Kedua, Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga yang sejahtera. Tanggung jawab seorang suami sebagai kepala keluarga adalah memberikan nafkah yang halal dan thayib bagi istri serta anak-anaknya. Dalam hadits di atas digambarkan bahwa seorang yang mencari nafkah untuk anaknya yang kecil itu sama dengan fisabilillah.
Ketiga, Walaupun seseorang tidak membutuhkan pekerjaan, karena kebutuhan diri dan keluargannya telah terpenuhui, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakat sekitarnya. Suatu ketika ada seorang tua renta bernama Abu Darda sedang menanam pohon kenari. Saat itulah lewat seseorang dan bertanya kepadanya, “Untuk apa kamu menananm pohon itu? Kamu sudah tua, sedangkan pohon itu tidak akan berbuah kecuali sesudah sekian tahun” Abu Darda menjawab,”alangkah senangnya hatiku bila mendapatkan pahala darinya, karena orang lain yang akan makan hasilnya.” Inilah pemahaman seorang Muslim tentang kehidupannya.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ الآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكمْ فِى زُمْرَتِهِ الْمُوَحِّدِيْنَ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ) [الحشر: 18]
Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah,
Keempat, Dalam Islam bekerja diharapkan dapat memakmurkan bumi. Sedangkan memakmurkan bumi adalah bagian dari maqasidus syari’ah ajaran islam. Apa yang kita kerjakan seyogianya juga untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup, termasuk hewan. Nabi bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Siapakah dari kaum Muslimin yang menanam tananam atau tumbuhan lalu dimakan oleh burung, manusia atau hewan, kecuali baginya sedekah,.” (Muttaffaqqun ‘alaih, Bukhari, No. 2/5 dan Muslim, No. 1552, 1553)
Kelima, Bekerja untuk kerja. Pada hakikatnya setiap Muslim diminta untuk bekerja meskipun hasil pekerjaanya belum dapat dimanfaatkan satupun makhluk Allah, termasuk hewan. Ia tetap wajib bekerja karena bekerja merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Anas dikatakan,
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَفِى يَدِ أحَدِكُمْ فَسِيْلَةً فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ تَقُوْمَ حَتىَّ يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Apabila hari kiamat telah datang dan pada tangan seseorang di antara kamu ada biji untuk ditanam, maka jika ia bisa menanam, tanamlah sebelum datang hari kiamat” (HR. Bukhari,, Adab al-mufrod 479)
Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah,
Ia adalah lambang pemberian seorang Muslim bagi kehidupan ini walaupun ajal sudah di ambang pintu. Tidak kita temukan dalam ajaran agama mana pun sanjungan terhadap pekerjaan yang lebih tinggi daripada agama kita.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberikan semangat untuk selalu bekerja keras dalam menjalani kehidupan ini, semoga kita senantiasa berada dijalan yang diridhai olehNya. Amin.
(إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا )[الأحزاب: 56]
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّين.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات .
اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
رَبَّناَ أوْزِعْناَ أنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أنْعَمْتَ عَلَيْناَ وَعَلىَ وَالِدِيْناَ، وَأنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ، وَأدْخِلْناَ بِرَحْمَتِكَ فِى عِباَدِكَ الصَّالِحِيْنَ.
(رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ)
[آل عمران: 8]
(رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ) [البقرة: 250]
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
( رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )[البقرة: 201]
عِباَدَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإيْتاَءِ ذِي القُرْبىَ، وَيَنْهىَ عَن الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ وَالبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.