islamkingdomfacebook islamkingdomyoutube islamkingdomtwitte


Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya Sebagai Pilar Keimanan


34395
SIFAT
Cinta kepada Allah Swt dan Rasul-NYa adalah konsekuensi keimanan. Keimanan seorang muslim tidak dianggap sempurna sebelum ia mendahulukan cintanya kepada Allah Swt dan Rasul-Nya daripada cintanya kepada hartanya, anak-anaknya, kedua orang tuanya , bahkan semua manusia, Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah Saw. Kuwalitas kecintaan kepadaNya tergambar dari ketaatan dan komitmen seseorang kepada perintah Allah Swt dan Rasul-Nya.

Oleh: Ustadz DR. Muhammad Abdul Kholiq Hasan. MA, M.Ed.

Khutbah Pertama

الحَمْدُ لله الَّذِي جَعَلَ طَاعَةَ رَسُوْلِهِ طَاعَة اللهِ وَمَعْصِيَتهُ مَعْصِيَة اللهِ . أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله وَ حْدَهُ لاَ شَريْكَ لَه، وَأشْهَدُ أنّ مُحمّدًا عَبْدُه وَ رَسُولُه. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِك عَلىَ مُحمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحَابتِه وَ مَنْ وَلاه. أمّا بعد: فَيَا أيُّها المؤمنون رَحِمَكم اللهُ، أوْصِيْكم ونفْسي بتقوا اللهَ ، وَقَدْ فَازَ المتقون ، قَالَ رَبِّنَا جَلَّ وَعلا: (ياأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ) [الحشر: 18]

Saudaraku kaum Muslimin rahimahullah

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita, terutama nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai hari kiamat.

Selanjutnya saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara sekalian untuk selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebuah ketakwaan yang mampu membawa kepada kesucian jiwa dan keselarasan amal sesuai dengan ketentuan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sidang Jum’at yang berbahagia...

Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan dasar sahnya keimanan seseorang. Karena keimanan tanpa dilandasi kecintaan adalah sebuah kebohongan belaka. Iman dan cinta adalah dua nilai yang akan mampu melahirkan sebuah kepatuhan dan ketundukan yang mutlak. Dengan lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dibandingkan selain keduanya, secara otomatis akan membuat hawa nafsu tunduk kepada perintah syariat.

Karena itu apabila seseorang telah mampu memadukan keimanan dan kecintaan dirinya kepada Allah dan rasul, maka ia akan merasakan manisnya keimanan. Manisnya keimanan itu dibuktikan dengan mendahulukan kepentingan Allah dan Rasul-Nya daripada kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Sebagaimana Allah berfirman,

(قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ) [التوبة: 24]

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (At-Taubah: 24)

Bila seseorang mampu mengutamakan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya daripada kepentingan dirinya sendiri, maka akan lahir sikap ridha terhadap Allah sebagai Rabbnya, Muhammad sebagai utusan-Nya dan Islam sebagai agamanya.

Sidang Jum’at yang berbahagia!

Seseorang apabila serius mercintai Allah dan Rasul-Nya akan tumbuh dalam dirinya kenikmatan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana ditunjukkan para wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun wahyu yang memerintahkan mereka untuk berhijab dan menutrup auratnya, mereka langsung meresponnya dengan senang hati dan lapang dada, tanpa merasa berat sedikit pun. Aisyah radiallahu anhu yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata,

رَحِمَ الله ُنِسَاءَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَاتِ لَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِنَّ “وَلْيَضْرِبْنَ مِنْ جَلاَ بِيْبِهِنَّ عَلَى جُيُوْ بِهِنَّ شَقَقْنَ مُرُوْطَهُنَّ فَلْيَخْتَمِرْنَ بِهَا

“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat “hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai keatas dada mereka,” mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup kepalanya.”

Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengibaratkan manisnya iman dengan sebuah pohon, sebagaimana firman Allah,

(أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ) [إبراهيم: 24]

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (Ibrahim: 24)

Yang dimaksud kalimat dalam ayat tersebut adalah kalimatul ikhlas لَا اُلْهُ الا اللهَ, batang pohonnya adalah pangkal iman, cabang dan rantingnya adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dedaunannya adalah kepedulian terhadap kebajikan, buahnya adalah amal ketaatan, rasa manisnya adalah ketika memetiknya, dan puncak manisnya adalah ketika matangnya sempurna saat dipetik, di situlah sangat terasa manisnya.

Sidang Jum’at yang berbahagia!

Tidak dipungkiri bahwa kita semua ini merasa mencintai Rasulullah. Dari cinta itu kita semua berharap mendapat syafaat beliau kelak di akhirat nanti. Namun sekadar pengakuan tentu tidaklah cukup. Setiap cinta membutuhkan bukti, dan bukti cinta kita kepada Rasulullah adalah menjadikan Rasulullah sebagai rujukan dan teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya daripada lainnya adalah menjadi landasan keimanan kita. Dalam surah Ali Imron ayat ke: 31-32.

)قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ 31قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِين32) (ال عمران:31-32)

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”

Pengakuan atas cinta kita kepada Rasulullah perlu realisasi nyata dalam prilaku kita sehari-hari. Mustahil kita akan mendapatkan buah cinta kepada Rasulullah berupa syafaat kelak di akhirat, kalau perbuatan kita sehari-harinya jauh dari apa yang diinginkan oleh Rasulullah. Hal ini nantinya akan terbongkar kelak di akhirat, ketika semua umat Muhammad diberi kesempatan untuk meminum telaga Kutsar milik Rasulullah, namun ternyata ada sekelompok umatnya yang tertolak, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Imam Muslim.

Dari sini kita bisa memahami sabda Rasulullah“Anta ma’a man ahbabta” (Anda akan dikumpulkan bersama orang yang Anda cintai) (HR. Al-Bukhari, No. 3485) Bahwa kebersamaan kita nanti bersama orang yang kita cintai (Rasulullah) harus juga di imbangi dengan melaksaankan amal yang mampu menjadikan kita bersamanya. Dan amal itu harus sesuai apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga kelak di akhirat kita tidak kecewa dengan apa yang telah dilakukan di dunia ini, jika kelak itu tertolak di akhirat.

Karena itu, saya mengajak diri saya dan kaum Muslimin untuk mencintai Rasullah Shallallahu ‘alaihi wasallam secara benar, dengan cara mengikuti apa yang telah diajarkannya. Menjadikan sunnah-sunnahnya sebagai pegangan dan teladan dalam kehidupan sehari-hari.

(قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ) [آل عمران: 31]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القرآنِ العَظِيم، وهَدَانا وَإيَّاكُمْ إلى صِراطِ مُسْتقيم، وَ نَفَعَنِي وإيّّاكُم بالآياتِ والذكْرِ الحَكِيْم. أقُوْلُ قوْلِي هذا واَسْتَغْفِر اللهَ لي ولكم ولِسَائِرِ المُسْلِمِين. فاسْتَغْفِروه إنّه هوالغَفُوْر الرّحِيمُ.

الحمْدُ للهِ وكَفى، والصّلاةُ والسّلامُ على نبي المُصْطفى وعلى آله وصَحَابته ومَنْ تَبِعَهم إلى يَوْمِ المُصَفّى،أما بعد: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )(آل عمران102)وحَافِظُوا على الطاعَةِ وحُضورِ الجُمُعَة والجَماعة. قَالُ اللهِ تَعَالَى فِي مُحِّكُمْ تَنْزِيلَهُ : (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ )[الجمعة: 9]

وَقَالُ أيضا: (ا نَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا )[الأحزاب: 56]

اللّهُمّ صلِّ وسلِّم وبَارِك على نَبيّنا محمّدِ وعلى آله وأزْوَاجِه وذرِّيّتِه وأصْحابه وَ مَنْ تَبِعَهم إلى يومِ القيامة.

اللهُمّ اغفِرْ للمؤمنين والمُؤمنات والمُسلمين والمُسلمات الأحْيَاءِ منهم والأمْوات، اللهُمّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَ اخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدَّيْنَ.

اللهُمّ إنا نسألك العَفافَ والغِنى والتقى والهدى وحُسْنَ عَاقِبَةُ الاخرة وَالدّنيا.

) رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا )[الفرقان: 74]

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ.

(رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )[البقرة: 201]سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

عِبَاد الله، (إنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ) [النحل: 90]

أذكروا اللهَ العَظِيمَ يَذكُركم واشكُروه على نِعَمِه يَزِدْكم وَلذِكْر اللهِ أكبر واللهَُ يَعْلمُ مَا تصِفون. واقم الصلاة.