islamkingdomfacebook islamkingdomyoutube islamkingdomtwitte


Membangun Masyarakat Qur’ani


6874
SIFAT
Jika kita mengaca pada masyarakat Muslim yang hidup di zaman Rasulullah, mereka benar-benar mendapatkan kemuliaan, ketentraman, kedamaian, keadilan, kesejahteraan. Mereka juga hadir sebagai komunitas masyarakat yang dihargai di antara masyarakat lainnya dan rela dengan semua yang diputuskan oleh Al-Qur’an.

Oleh: Ustadz Budiman Musthofa, Lc

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكاَتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدَ وَاْلغاَياَتُ.

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى هَدَاناَ لَهَذَا وَمَا كُناَّ لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَاناَ اللهُ.

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَة َالإِسْلاَمِ، وَأَكْمَلَ لَنَا هَذَا الدِّيْنَ الْقَيِّمَ، وَجَعَلَنَا بِهِ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ، تَأْمُرُ باِلْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُ باِللهِ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إلا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، خَصَّنَا بِخَيْرِ كِتَابٍ أُنْزِلَ وَأَكْرَمَنَا بِخَيْرِ نَبِيٍ أُرْسِلْ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَةَ بِأَعْظَمِ مِنْهَاجٍ شُرِعَ: نِعْمَةِ الإِسْلاَمِ:

(الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ )[المائدة: 3]

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah….

Marilah kita jadikan pertemuan di tempat dan hari yang mulia ini sebagai penumbuh dan penambah iman dan takwa kita kepada Allah Ta’ala. Hal ini karena iman dan takwa adalah sebaik-baik bekal untuk kita mengarungi kehidupan dunia ini sebelum kehidupan akhirat kelak. Firman Allah,

) وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى ([البقرة: 197]

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah: 197)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah….

Jika kita berkaca pada masyarakat Muslim yang hidup di zaman Rasulullah, mereka benar-benar mendapatkan kemuliaan, ketentraman, kedamaian, keadilan, kesejahteraan. Mereka juga hadir sebagai komunitas masyarakat yang dihargai di antara masyarakat lainnya dan rela dengan semua yang diputuskan oleh Al-Qur’an. Apa yang menjadikan mereka meraih semua keistimewaan ini?

Sebab utamanya karena mereka benar-benar menikmati hidup bersama Al-Qur’an. Al-Qur’an yang ada di tengah-tengah mereka bukan sekadar tulisan atau rangkaian huruf yang diucapkan. Bukan pula sekadar kebanggaan sebagai kitab suci. Mereka benar-benar menempatkan Al-Qur’an di dalam hati dan jiwa mereka. Bahkan Al-Qur’an telah menjadi nafas kehidupan mereka, bukan sekadar diucapkan di bibir dan menjadi kebanggaan semu. Mereka mentaati semua yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Mereka mencintai Al-Qur’an lahir dan batin. Inilah gambaran sekilas masyarakat Qurani di masa Rasulullah.

Realita ini jelas sangat berbeda dengan masyarakat Muslim yang hidup di masa sekarang. Banyak di antara mereka yang memiliki Al-Qur’an, namun hanya sekadar hiasan. Banyak juga di antara mereka yang membaca Al-Qur’an, namun hanya sampai lisan dan tenggorokan saja, tidak meresap ke dalam hati dan jiwa mereka. Mereka bangga dengan Al-Qur’an, namun tidak siap dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an. Barangkali mereka mencintai Al-Qur’an lahirnya saja. Atau bahkan ada di antara mereka yang lebih senang mendengarkan suara selain Al-Qur’an daripada mendengarkan Al-Qur’an.

Inilah sebabnya mengapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam khawatir jika kaumnya melakukan hajr Al-Qur’an’. Allah menggambarkan hal itu dalam firman-Nya,

(وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا )[الفرقان: 30]

Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan.”

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah…

Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menerangkan bahwa di antara makna hijrah Al-Qur’an’ adalah tidak mendengarkan Al-Qur’an ketika dibacakan, atau melakukan sesuatu yang sia-sia ketika dibacakan Al-Qur’an (sibuk mengalihkan pembicaraan kepada yang lainnya sehingga mereka tidak lagi mendengar Al-Qur’an), tidak mau belajar Al-Qur’an, tidak mau menghafalkannya, tidak mengimaninya sepenuh hati dan membenarkan ajarannya, tidak mentadabburinya, tidak mau memahami kandungannya dan lebih menikmati mendengarkan lantunan selain Al-Qur’an.

Semua perilaku ini jelas dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah tidak akan menurunkan berkah kepada umatnya yang melalaikan Al-Qur’an. Bagaimana mungkin berkah akan turun jika kitab Al-Qur’an yang seharusnya dijadikan pedoman justru dilalaikan? Padahal jika kita menelaah dan mengkaji dengan seksama, umat yang melalaikan Al-Qur’an sedang menghadapi bahaya yang cukup besar. Di antaranya kesesatan yang nyata, kesempitan jiwa, kehidupan yang sulit, dapat membutakan mata hati, menjadikan hati seseorang keras, hidup dalam kegelapan dan kehinaan, menjadi teman setianya syetan, lupa diri, dicap sebagai orang fasik dan munafik.

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah…

Jika bahaya ini dialami oleh suatu umat, jelas tidak ada lagi harapan cerah dalam menapaki kehidupan baik di dunia ataupun di akhirat. Cobalah kita renungi salah satu ayat Al-Qur’an yang mengingatkan kita agar tidak melalaikan Al-Qur’an,

(وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى )[طه: 124]

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)

Bahkan, yang menjadikan suatu umat mulia dan hina juga karena mereka meninggalkan atau tetap bersama Al-Qur’an. Dalam sebuah hadits Rasulullah,

قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

Umar bin Khatthab berkata, “Ingatlah bahwa nabi kalian telah bersabda, “Sesunggugnya Allah mengangkat suatu kaum lantaran Al-Qur’an ini, dan merendahkan kaum lainnya juga karena Al-Qur’an.” (HR. Muslim,bab Fadl-lu man Yaquumu bil Qur’aani, 4/252, no. 1353)

باَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى القُرآنِ الكَرِيْم، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا ِفيْهِ مِنْ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْم، وَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ المسْلِمِيْنَ وَ المسْلِمَات، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَاناَ لِهَذَا، وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَاناَ الله، أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّد كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَمْتَ عَلىَ إبْرَاهِيم وَعَلى آلِ إبرَاهِيم فِى العَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

أمَّا بَعْدُ، فَياَ عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah….

Kita sangat merindukan masyarakat Qurani yang pernah hidup di masa Rasulullah. Paling tidak kita mampu menyerap ruh dan semangatnya. Namun masih tersisa pertanyaan penting, “Bagaimana caranya agar kita mampu membangun masyarakat Qurani tersebut?”

Ada beberapa kiat praktis yang bisa mengantarkan masyarakat ini menjadi masyarakat Qurani:

Pertama, jadikan membaca Al-Qur’an sebagai budaya sehari-hari, dalam keluarga kita, bersama orang tua, anak-anak, istri atau suami atau bersama teman-teman dan sahabat kita di masjid. Awali hari kita dengan membaca Al-Qur’an dan akhiri hari kita juga dengan membaca Al-Qur’an. Bawalah Al-Qur’an kemanapun kita pergi, kecuali ketika kita buang hajat. Jadikanlah ia teman duduk kita, teman mengobrol kita, teman berbagi perasaan kita. Jadikan membaca Al-Qur’an sebagai kebutuhan primer kita, jangan sampai ia dijadikan sebagai kebutuhan sekunder. Dengan demikian dalam sehari kita harus membaca Al-Qur’an secara rutin. Jangan sampai terlewatkan satu hari pun kecuali kita membaca Al-Qur’an.

Jika hari itu kita belum sempat membaca Al-Qur’an, minimal kita sempatkan mendengar Al-Qur’an lewat media yang memungkinkan. Dengan membudayakan membaca Al-Qur’an ini, akan tumbuh rasa memiliki Al-Qur’an. Dan secara otomatis kita akan merasa ada suatu yang hilang jika dalam sehari tidak ada satu pun huruf Al-Qur’an yang kita lafalkan.

Kedua, setelah kita akrab dengan bacaan Al-Qur’an, maka latihlah dengan menghafalkan beberapa ayat dan surat. Ulangilah bacaan tersebut dalam shalat kita atau di saat kita senggang. Rasakanlah bahwa mendendangkan Al-Qur’an akan lebih indah dari semua bentuk nyanyian, lebih membawa ketenangan dan ketentraman dan tentunya mendatangkan pahala yang berlipat. Jadikanlah ia wirid kita pagi, siang dan sore. Sehingg lidah kita selalu basah dengan Al-Qur’an.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah…

Ketiga, tingkatkan budaya membaca Al-Qur’an dan menghafalnya dengan upaya memahami Al-Qur’an. Baik lewat terjemah Al-Qur’an, belajar dengan seorang ulama, kelompok kajian atau dengan membaca beberapa buku tafsir shahih yang menjelaskan kandungan Al-Qur’an. Dan tanyakan hal-hal yang belum jelas kepada ahlinya. Jangan sampai memahami Al-Qur’an dengan pendapat sendiri, apalagi jika belum memenuhi syarat-syarat baku yang telah ditetapkan agama ini.

Keempat, mengamalkan Al-Qur’an semaksimal mungkin. Perhatikanlah bahwa ada ayat-ayat Al-Qur’an yang menunggu respon cepat kita untuk mengamalkannya, seperti ayat zakat, sedekah, shalat, puasa, menyantuni fakir miskin dan lainnya. Akan lebih indah jika dalam mengamalkan ayat-ayat tersebut dilakukan secara berjamaah (bersama-sama). Karena jika dilakukan secara berjamaah, akan membawa nuansa tersendiri dalam jiwa kita. Semua akan merasa bahwa keluarga, saudara, teman, dan semua orang bersama-sama mendukung mengamalkan Al-Qur’an. Semoga cita-cita membangun masyarakat Qurani bisa terwujud dengan langkah-langkah sederhana ini.

فَاِعْلَمُوا أَنْ اللهَ أَمرَّكُمْ بأمر بَدَأَ فِيه بِنَفْسُه وَثَنَى بِمَلاَئِكَتِهُ الْمَسْبَحَةَ بِقُدُسِهُ وَثُلْثَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ فَقَالَ عِزِّ مِنْ قَائِل إ(ِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) [الأحزاب: 56]

اللَّهُمُّ صِلِّ وَسَلْمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدَ وَعَلَى آله وَصحابَتَهُ وَمِنْ اِهْتَدَى بِهُديِهُ واستن بِسَنَتِهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ .ثَمَّ اللَّهُمُّ اُرْضُ عَنْ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ أَبِي بَكَرَ وَعَمَرَ وعثمان وَعَلَيِي وَعَلَى بَقِيَّةَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعَ التَّابِعِينَ وَعَلَينَا مَعَهُمْ بِرَحِمَتِكَ يا أَرحمَ الرَّحِمِينَ .

اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ والمؤمين وَالْمُؤَمَّنَاتِ الأحياء مِنْهُمْ والأموات

. اللَّهُمُّ أَعَزَّ الإسلام وَالْمُسَلَّمَيْنِ وَأُهِلُّكَ الْكَفَرَةَ والمشركين وَدَمَّرَ أَعَدَّاءَكَ أَعَدَّاءَ الدِّينِ

اللَّهُمُّ أَصلحَ لَنَا دَيِّنَنَا الَّذِي هوعصمة أَمرَّنَا ، وَأَصْلَحَ لَنَا دنياَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشَنَا وَأَصْلَحَ لَنَا آخرتنا الَّتِي إِلَيهَا مُعَادَنَا وَاِجْعَلْ اللَّهُمُّ حَيَّاتِنَا زِيادَةَ لَنَا فِي كُلَّ خَيِّرَ وَاِجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةَ لَنَا مِنْ كُلَّ شَرَّ

اللَّهُمُّ أَعَنَّا عَلَى ذَكَرِكَ وَشكرَكَ وَحَسَنَ عِبَادَتِكَ

اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ الْهُدى وَاِلْتَقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنى وَحَسَنَ الْخَاتِمَةِ

اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لَنَا واوالدينا وَاِرْحَمْهُمْ كَمَا رَبْوَنَا صغارَا رَبَّنَا هَبَّ لَنَا مِنْ أَزَواجِنَا وَذَرِّيَاتِنَا قَرَّةً أَعَيْنَ واحعلنا للمتقين إماما

رَبَّنَا لَا تَزِغُ قُلُوبُنَا بَعْدَ إِذْ هِدْيَتَنَا وَهَبَّ لَنَا مِنْ لَدُنْكِ رَحْمَةَ إِنَّكِ أَنْتِ الْوَهَّابَ

رَبَّنَا آتنا فِي الدُّنْيا حَسَنَةَ وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقَنَّا عَذَابَ النَّارِعبَادُ اللَّهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعِدْلِ والإحسان وإيتاء ذى الْقربى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكِرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكِرُونَ فَاِذَّكَرُوا اللَّه الْعَظِيمَ يَذَّكِرُكُمْ وَاِسْأَلُوهُ مِنْ فُضُلِهُ يُعْطَكُمْ وَلِذَكَرِ اللهُ أَكبرِ وَاللهَ يُعْلِمُ مَا تُصَنِّعُونَ .