Oleh: Ustadz DR. Muhammad Ihsan, MA
Khutbah Pertama
إِنَّ الحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أنْفُسِنَا وَسَيِّئاَتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياً مُرْشِدًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأدَّى الأمَانَةَ، وَنَصَحَ الأمَّة، وَجَاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتىَّ أتَاهُ اليَقِيْن. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدَ، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهمْ بِإحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّينِ، أمَّا بَعْدُ، فَياَ عِباَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ عَزَّ وَجَلَّ:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 70 يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا71)[الأحزاب:70-71]
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita buat perjumpaan suci ini, di tempat dan waktu yang mulia ini, sebagai pemacu dan pemicu iman dan takwa kita kepada Allah. Sungguh iman dan takwa adalah sebaik-baik bekal untuk menjalani kehidupan dunia ini, sebelum kelak kita menghadap Allah. Firman Allah:
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”(Al-Baqarah: 197)
Ramadhan, bulan suci ini hampir meninggalkan kita. Ramadhan, tamu mulia ini hampir pergi untuk selama-lamanya. Karena itu, marilah kita bersegera melakukan amal ibadah. Marilah kita segera bertaubat, beristighfar dan memperbanyak amal shalih kita. Semoga dengan demikian, kita bisa menambal, menutup kekurangan dan keterlanjuran kita selama ini.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Pada penghujung bulan Ramadhan ini, Allah mensyariatkan beberapa ibadah yang bisa menambah keimanan kita, menyempurnakan ibadah kita dan melengkapi kenikmatan Allah terhadap kita. Antara lain Allah mensyariatkan zakat fitrah dan shalat hari raya.
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan karena berbuka setelah bulan Ramadhan habis. Para ulama sepakat bahwa hukum zakat fitrah adalah wajib bagi setiap Muslim, yang mampu. Ibnu Umar Radhiyallahu ’Anhuma meriwayatkan,
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيهِ وَسَلم زَكاَةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أوصَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلىَ العَبْدِ وَالحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالأنثىَ وَالصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ مِن المسْلِمِيْنَ وَأمَرَ بِهَا أنْ تُؤدى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إلَى الصَّلاَة
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memfardhukan zakat fitrah satu sa’ dari tamar atau satu sha’ dari gandum, kepada setiap orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki dan wanita, kecil dan besar, dari kalangan kaum Muslimin, dan beliau memerintahkan (zakat fitrah) itu dibayarkan sebelum keluarnya orang-orang untuk menuaikan shalat (Idul Fitri)” (HR. Al-Bukhari)
Islam mewajibkan zakat fitrah ini karena mengandung dua hikmah utama:
Pertama, untuk menyucikan puasa orang yang berpuasa. Zakat fitrah diwajibkan untuk menyucikan orang yang berpuasa. Ketika puasa mungkin ia melakukan hal-hal yang bisa membatalkan pahalanya seperti perkataan dan perbuatan yang kotor, porno, buruk dan melakukan dosa-dosa yang besar maupun kecil. Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam telah mengisyaratkan hal itu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu ’Anhuma,
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيهِ وَسَلم زَكاَةَ الفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِن اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطعْمَةً لِلْمَسَاكِيْن
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memfardhukan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang bepuasa dari perkataan yang kotor dan porno dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin” (HR. Abu Dawud)
Kedua, untuk membantu orang-orang fakir miskin. Zakat fitrah disyariatkan untuk menolong orang-orang miskin agar mereka tidak mengemis pada hari raya bergembira pada hari orang lain juga bergembira. Dengan memberi mereka zakat, niscaya akan berkuranglah penderitaan dan kesengsaraan mereka.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Hafidzhokumullah
Syarat membayar zakat fitrah ini ialah:
Pertama, Islam. Orang yang membayar zakat fitrah harus beragama Islam. Orang kafir tidak wajib membayar zakat fitrah meskipun ia mempunyai kaum kerabat Muslim, yang wajib ia beri nafkah. Zakat fitrah adalah ibadah dalam Islam sehingga tidak wajib atas non Muslim.
Kedua, merdeka. Zakat fitrah hanya wajib atas orang yang merdeka. Dengan demikian, ia tidak wajib atas hamba sahaya, karena ia tidak mempunyai harta benda. yang wajib membayar zakat fitrah bagi hamba sahaya adalah tuannya, karena ia wajib menafkahinya. Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam,
أَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم بِصَدَقَةِ الفِطْرِ عَنْ الصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ وَالحُرِّ وَالعَبْدِ مِمَّنْ تَمونُونَ
“Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam memerintahkan untuk membayar zakat fitrah bagi anak-anak kecil dan orang dewasa, orang merdeka dan hamba sahaya yang menjadi tanggunganmu” (HR. Al-Baihaqi dari Ibnu Umar)
Ketiga, mempunyai kemampuan finansial untuk mengeluarkan zakat fitrah. Kemampuan finansial terwujud dalam kepemilikan harta yang melebihi keperluan dirinya. Jika memiliki harta seperti itu maka ia wajib berzakat meskipun ia juga berhak untuk menerima zakat.
Jika seseorang mampu mengeluarkan zakat fitrah dikeluarkan untuk dirinya sendiri, dan juga untuk orang-orang yang ditanggungnya seperti istri, anak-anak dan belum berpuasa, ibu, dan pembantu. Adapun janin yang belum lahir sebelum hari raya, maka orang tuanya tidak wajib mengeluarkan zakat fitrahnya.
Keempat, tiba waktu zakat fitrah. Zakat fitrah ini wajib ketika berbuka setelah habis bulan Ramadhan. Yakni dengan tenggelamnya matahari hari terakhir bulan Ramadhan. dan waktu terakhir zakat fitrah adalah sebelum menunaikan shalat hari raya. Jika ditunaikan setelah shalat hari raya, maka itu tidak dianggap sebagai zakat fitrah, namun hanya dianggap sebagai sedekah biasa.
Kaum Muslimin sidang Jum’at Rahimakumullah
Kadar zakat fitrah adalah satu sha’ dari gandum atau biji-bijian atau makanan pokok lainnya pada suatu daerah. Satu sha’ dalam timbangan sekarang setara dengan 2,176 kg (biasanya di negara kita digenapkan 2,5 kg)
Para ahli fiqih madzhab Hanafi membolehkan pembayaran zakat fitrah dengan nilai atau harga makanan pokok, karena tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan orang-orang miskin pada hari raya. Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) para ulama, mengeluarkan zakat fitrah dengan nilai atau harga makanan pokok itu tidak boleh, karena hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menentukan jenis-jenis makanan pokok seperti gandum dan biji-bijian. Dalam hal ini kita lebih cenderung kepada madzhab Hanafi karena itu bisa memenuhi maslahat orang-orang miskin. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ”Mengeluarkan zakat fitrah dengan nilai atau harganya karena kebutuhan atau maslahat atau demi keadilan itu tidak mengapa.”
باَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى القُرآنِ الكَرِيْم، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا ِفيْهِ مِنْ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْم، وَتَقَبَّل مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْم. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ المسْلِمِيْنَ وَ المسْلِمَات، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَاناَ لِهَذَا، وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَاناَ الله، أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّد كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَمْتَ عَلىَ إبْرَاهِيم وَعَلى آلِ إبرَاهِيم فِى العَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. أمَّا بَعْدُ، فَياَ عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهحَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Allah telah mensyariatkan dua hari raya untuk umat Islam. Masing-masing datang setelah ibadah besar dan setelah menunaikan salah satu rukun Islam. Dalam dua hari raya ini terdapat banyak kebaikan, berkah dan manfaat yang bisa menggantikan hari-hari besar lainnya. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ’Anhu ia berkata:
قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيهِ وَسَلم المَدِيْنَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُوْنَ فِيهِمَا، فَقَالَ: ((مَا هَذَانِ اليَوْمَانِ؟)) قَالُوا: كُناَّ نَلْعَبُ فِيْهِمَا فِي الجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلم: ((إنَّ اللهَ قَدْ أبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الأضْحَى وَيَوْمَ الفِطْرِ))
“Rasulullah tiba di Madinah sedang penduduknya mempunyai dua hari di mana mereka bersuka-ria, maka beliau bersabda, ”Apakah dua hari ini?” Para sahabat menjawab,”Kami bersuka-ria pada dua hari tersebut zaman Jahiliyah dahulu.” Maka beliau bersabda, ”Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian yang lebih baik daripada keduanya, Idul Adha dan Idul Fitri” (HR. Abu Dawud dan an-Nasai)
Hari raya dalam Islam mengandung nilai-nilai Islam yang agung serta manfaat yang banyak. Hari raya bernilai akidah Islam yang merupakan kenikmatan terbesar bagi manusia. Hal itu diwujudkan dengan mengagungkan Allah, memuji dan bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, yang kepada-Nya seorang Muslim mendekatkan diri dengan doa, harapan, mohon pertolongan dan ibadah lainnya.
Hari raya juga bernilai ibadah Islam dan kecintaan kepada Allah Ta’ala. Hari raya juga bernilai pensucian diri dan penyempurnaan akhlak, yaitu dengan melatih kesabaran, sopan santun dan silaturrahmi pada hari tersebut serta bertoleransi. Juga menyucikan hati dari sifat khianat, iri dan kebencian. Karena hari itu adalah hari kegembiraan dan persaudaraan sesama umat Islam.
Selain itu, hari raya bernilai ikatan persaudaraan dan solidaritas sosial di antara umat Islam. Hal itu diwujudkan dengan membayar zakat fitah sebelum mendirikan shalat Idul Fitri.
Hari raya juga bernilai sebagai kemudahan dan toleransi Islam. Pada hari raya, Allah mewajibkan untuk berbuka dan melarang berpuasa. Allah juga membolehkan makanan, minuman dan hal-hal yang baik pada hari raya. Islam mengkaitkan hal tersebut dengan ajaran pokok Islam yaitu iman dan penyerahan diri kepada Allah supaya seorang Muslim tidak lupa diri dan lupa Allah yang telah melimpahkan banyak karunia dan kenikmatan. Firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Al-Maidah: 87-88)
(إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) [الأحزاب: 56]
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّين.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات .
اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
رَبَّناَ أوْزِعْناَ أنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أنْعَمْتَ عَلَيْناَ وَعَلىَ وَالِدِيْناَ، وَأنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ، وَأدْخِلْناَ بِرَحْمَتِكَ فِى عِباَدِكَ الصَّالِحِيْنَ.
(رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ) [البقرة: 201]
عِباَدَ اللهِ، (إنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ) [النحل: 90]
اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْألُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلِذِكْر اللهِ أكْبَر، وَالله ُيَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ، أقِيْمُوْا الصَّلاَة!