Oleh: Ustadz Arif Fauzi
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (
[آل عمران: 102]
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا )[النساء: 1]
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 70 يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 71[الأحزاب:70- 71]
أَلافَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اللهم فَصَلِّ وَسَلِّم علَىَ هَذَا النَّبِي الكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: (وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ )[الذاريات: 56]
Jamaah Jum’at yang berbahagia …
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan makhluk ini sia-sia dan tidak meninggalkan mereka tanpa guna. Allah tidak menciptakan manusia secara sia-sia dan batil, akan tetapi Allah menciptakannya karena suatu hikmah yang agung. Allah ‘‘Azza wa Jalla berfirman, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk ke dalam neraka.” (Shaad: 27)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
(وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ 38 مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ )[الدخان: 38-39 ]
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ad-Dukhan: 38-39)
Kemudian Allah ‘‘Azza wa Jalla menjelaskan tujuan yang hak dari penciptaan makhluk. Allah berfirman,
(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ )[الذاريات: 56]
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariat: 56)
Jamaah kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!..
Hikmah dari penciptaan makhkluk ini adalah memerintahkan beribadah dan melaksanakan semua kewajiban. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Rasul sebagai pemberi kabar gembira sekaligus peringatan untuk mengenalkan makhluk dengan Tuhan mereka, serta menjelaskan tujuan penciptaannya. Siapa yang menerima, dia akan mendapatkan petunjuk. dan, siapa yang menolak, maka ia tetap akan kembali kepada-Nya, karena hujjah Allah telah tegak atas hamba-hamba-Nya.
Ibadah mempunyai pengertian yang umum. Pokok dan landasan ibadah ini adalah keikhlasan kepada Allah ‘‘Azza wa Jalla, mentauhidkan Allah dalam setiap ibadah serta menghadapkan hati kita kepada Allah disertai dengan kecintaan, rasa takut, dan pengharapan. Setiap ibadah harus diserahkan kepada Allah, baik itu shalat, doa, kebutuhan, rasa takut, pengharapan yang sempurna, dan keyakinan yang kokoh hanya kepada Allah. Tidak ada pengagungan di dalam hati kita kecuali hanya kepada Allah. Karena, pengagungan yang sesungguhnya itu hanya hak Allah saja.
Pemahaman ibadah dalam Islam merupakan pemahaman yang umum, universal, dan mencakup semua jenis kebaikan. Baik itu untuk urusan agama maupun urusan dunia. Maka hakikat ibadah adalah nama untuk semua bentuk perkataan, perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah ‘‘Azza wa Jalla.
Di dunia ini seorang Muslim, pasti mengetahui bahwa ibadah yang benar itu hanya ibadah kepada Allah. Dia harus berusaha untuk merealisasikan ibadah tersebut sehingga menjadi hamba Allah yang sebenarnya. Kemuliaan dan keutamaannya ditentukan keberadaannya sebagai hamba Allah yang sebenar-benarnya, dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Tidak melanggar larangannya serta menjalankan perintahnya.
Tanda kasih sayang dan karunia Allah kepada kita adalah dijadikannya ibadah itu beraneka ragam serta bermacam-macam. Ada yang disebut ibadah hati, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan hati seperti keikhlasan kepada Allah, dan menjalankan semua ibadah ditujukan kepada Allah ‘‘Azza wa Jalla. Ada juga yang disebut dengan ibadah badan, seperti shalat lima waktu. Ada juga yang disebut dengan ibadah harta, seperti zakat yang dikeluarkan dengan penuh keimanan dan keridhaan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata. Ada juga ibadah yang di dalamnya ada menahan hawa nafsu, menghindari perkara-perkara yang disukai sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, seperti ibadah puasa. Ada juga ibadah yang harus dengan mengorbankan harta dan raga seperti haji, ibadah yang menggabungkan harta dan raga. Serta jihad di jalan Allah yang merupakan ibadah yang paling utama.
Kemudian Allah ‘‘Azza wa Jalla menambah karunia-Nya kepada kita dengan mensyariatkan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat sunnah, sedekah, puasa sunnah, haji dan juga umrah. Semua itu akan menguatkan iman, mengangkat derajat, dan menambah kebaikan kita. Milik Allah-lah segala kemulian dan karunia kepada kita. Kita tidak dapat menghitung pujian atas-Nya sebagaimana Dia memuji atas diri-Nya sendiri.
Jamaah Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!..
Allah yang Mahabijaksana menetapkan dua syarat untuk diterimanya ibadah seseorang. Apabila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibadah tersebut akan rusak sehingga menjadi seperti debu yang berterbangan.
Syarat pertama, ibadah tersebut dilaksanakan dengan penuh keikhlasan kepada Allah dan bersih dari semua bentuk riya’ (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang) . Syarat kedua, ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat Allah dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada tambahan dan bid’ah di dalamnya. Karena Rasulullah telah menyampaikannya secara jelas dan nyata, tidak satupun dari pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya kecuali telah beliau jelaskan. Maka yang hak dan yang benar adalah yang sesuai dengan ajaran dan sunnah beliau, dan yang batil serta sesat adalah yang menyimpang petunjuk beliau seperti yang dibuat-buat oleh sekelompok manusia yang mengikuti hawa nafsu mereka.
Wahai kaum Muslimin ketahuilah, setiap perbuatan apabila diniatkan untuk mengharap ridha Allah dan untuk mendekatan diri kepada Allah, maka itu adalah ibadah karena Allah. Seorang Muslim, beribadah kepada Allah dengan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amru bin Ash Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin ikut berjihad. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apakah orangtuamu masih hidup? Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Lalu Nabi bersabda, “Berbaktilah kepada keduanya kemudian berjihad.” (HR. Bukhari,, Muslim,Abu Dawud, dan Nasa’i) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjadikan berbakti kepada kedua orangtua seperti berjihad di medan perang.
Wahai kaum Muslimin, usaha kita untuk menyambung silaturahim merupakan ibadah. Infak yang kita berikan kepada anak-anak merupakan ibadah kepada Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya tidaklah nafkah yang diniatkan untuk mencari keridhaan Allah kecuali akan diberi balasan, sampai saat kamu berhubungan intim dengan istrimu (juga diberi balasan) ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjalankan usaha perdagangan jual beli dan roda bisnis yang lain, Pernikahan yang bertujuan untuk menjaga diri, kemaluan dan menahan pandangan, menjauhkan diri dari semua perbuatan yang hina dan yang diharamkan, jika diniatkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah maka akan diberi pahala atas niat yang mulia tersebut. Karenanya, sebagian ulama salaf berkata tentang tafsir hakikat takwa, “Takwa itu adalah beramal dengan penuh ketaatan kepada Allah di atas cahaya-Nya, serta mengharapkan dari itu semua balasan dari Allah, dan meninggalkan maksiat karena Allah di atas cahaya-Nya dan takut dari siksa-Nya.” (Thalaq bin Habib Rahimahullah disarikan oleh Ibnu Al-Mubarak dalam Kitab Az-Zuhd, hal.1343 dan oleh Hanad dalam Az-Zuhd, hal. 522)
Inilah syariat Islam yang mengajak kaum Muslimin kepada kebaikan. Allah menjadikan kebaikan itu bermacam-macam yang tujuannya untuk menambah kebaikan dan mengangkat derajat serta mempersempit ruang kejelekan dan kesalahan.
Jamaah Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang pahala tasbih, takbir dan tahmid, Nabi bersabda, “dan bersetubuh dengan istri merupakan sedekah. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah jika salah seorang di antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat pahala?’ Nabi menjawab, ‘Bukankah kalau dia menyalurkan hasrat biologisnya pada yang haram, dia berdosa? Maka demikian juga kalau dia menyalurkan pada yang halal, maka ia juga akan mendapatkan pahala.”
Lihatlah kenikmatan dan kelezatan balasan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ini merupakan bagian dari nikmat Allah kepada seorang Muslim yang bisa mengubah sesuatu yang bersifat mubah menjadi ibadah dan ketaatan kepada Rabb semesta alam. Bahkan, tidur dan istirahatnya seorang hamba yang diniatkan untuk bertakwa kepada Allah di atas kebaikan juga meruapakan ibadah. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,“Dia (Nabi) berpuasa sampai kami mengatakan dia tidak pernah berbuka dan dia itu berbuka sampai kami mengatakan dia tidak pernah berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim, dalam Bab Puasa)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang paling dicintai itu adalah amalan yang konsisten walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim dari aisyah). Amalan yang sedikit tapi dikerjakan tiap hari itu lebih baik dari amalan yang banyak namun tidak konsisten. Seorang Muslim, mempunyai bermacam-macam ibadah dan dia bisa menjalankan sesuai dengan kemampuannya. Kebaikan juga beraneka ragam. Inilah yang dituntut dari seorang Muslim sehingga hubungannya dengan Allah, agama, dan Nabinya menjadi lebih kuat.
Seorang hamba wajib untuk menjalankan ibadah kepada Allah. Ibadah merupakan tanda kemuliaan, mahkota kebaikan, dan pada hakikatnya lebih mahal dari semua perhiasan dunia. Ketika ibadah merupakan amalan yang paling agung dan mulia, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dipanggil dengan panggilan yang paling agung, yaitu panggilan peribadatan kepada Allah. Allah berfirman,
(وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا ) [الجن: 19]
“Dan bahwa tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.” (Al-Jinn: 19)
Inilah tanda kemuliaan yang seyogianya kita bangga membawanya di dalam peribadatan kita kepada Allah. Karena dalam ibadah tersebut terdapat kemuliaan, kebahagiaan serta kebaikan dunia dan akhirat. Maka orang-orang yang mengklaim mengangkat kemuliaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan derajatnya secara berlebih-lebihan bahkan sampai menuhankannya, pada hakikatnya mereka telah salah. Karena Nabi pun dipanggil oleh Allah dengan panggilan peribadatan kepada Allah.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِـرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَـائِرِ الْـمُسْلِـمِـينَ مِنْ كُـلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِـرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِـيمُ
الحَمْدُ للهِ عَلى إحسَانِهِ ، والشُّكرُ لَهُ عَلَى تَوفِيقِهِ وامتِنَانِهِ ، وأشهدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تعظِيماً لِشَأنِهِ ، وأشهدُ أنَّ مُحمَداً عبدُهُ ورسولُهُ الدَّاعِي إلى رضوانِهِ. اللهم فَصَلِّ وَسَلِّم علَىَ هَذَا النَّبِي الكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْم الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ.
Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala ….
Ibadah merupakan satu nikmat yang tidak bisa dirasakan oleh orang yang diharamkan darinya. Coba tanyakan kepada para materialis dan orang-orang yang merasakan kenikmatan dunia, mempunyai harta yang berlimpah hingga bisa merasakan apa yang mereka rasakan, menaiki apa yang bisa mereka menaiki, dan memakai apa yang ingin mereka pakai serta merasakan semua kenikmatan dunia ini. Apakah mereka mendapatkan ketenangan batin tanpa mengiringinya dengan beribadah kepada Allah?
Kemudian apa yang akan terjadi bila iman tidak tertanam di dalam lubuk hati manusia? Siapakah orang yang dapat hidup tanpa iman? Siapakah orang yang dapat hidup tanpa akidah? dan siapakah orang yang bisa memahami hakikat hidup tanpa beribadah kepada Allah? Tentu mereka seperti binatang liar yang hidup di hutan atau binatang ternak yang hidup di dalam kandangnya.
Sementara jika mereka beriman dan bertauhid secara benar, mereka akan merasakan manisnya iman dan berpegang teguh dengan ajaran Islam. Mereka mengaplikasikan aturan yang diakui oleh seluruh manusia. Tidak ada aturan yang lebih baik dari aturan yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Untuk itu, pantas kita ketahui bahwa orang-orang yang terpedaya serta terpengaruh oleh musuh-musuh Islam dan meminta agar umat Islam jauh dari agama mereka, sesungguhnya dia itu musuh akidah dan agama.
Pada hakikatnya mereka menginginkan kecelakaan bagi kita dan iri dalam keimanan. Umat Islam tidak akan mendapatkan kemulian, pertolongan, taufik, kebahagiaan, dan juga petunjuk kecuali jika mereka merealisasikan Islam. Inilah kenyataan yang datang dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tidak ada keraguan tentang keimanan kita di dalam hati, meskipun hanya sebesar biji zarrah (atom). Bahkan kita yakin dan percaya bahwa keimanan pada Allah akan mengantarkan kita pada kemuliaan. Akan tetapi, kita takut kalau generasi-generasi Muslimin terpengaruh oleh slogan-slogan dunia yang membuai, yang disampaikan lewat tulisan, televisi, radio atau media masaa lainnya.
Ada juga sebagian lain yang iri kepada Islam meskipun mereka memakai atribut Islam. Ada juga yang silau oleh musuh-musuh Islam dan ada juga yang hatinya telah teracuni oleh slogan-slogan itu. Kepada Allah lah kita meminta perlindungan dari hal itu semua.
Semoga Allah menguatkan kita semua dalam ketaatan dan memberi hidayah kepada mereka. Karena nikmatnya hidayah itu tidak dapat dirasakan oleh orang yang tidak mendapatkannya, yaitu orang-orang yang pada hari ini diseru untuk kembali kepada Islam, orang-orang yang pernah mencoba semua kejelekan, fitnah dan kehinaan, dan telah merasakan segala kenikmatan dunia dan menuruti hawa nafsu mereka sepuasnya. Kemudian apa yang terjadi? Mereka tentu akan merasakan kehampaan dan kekurangan dalam hidup ini. Kesedihan, kegelisahan, kebimbangan, dan makin banyaknya dokter jiwa tidak akan terjadi kecuali karena lemahnya iman dan keyakinan serta tidak terealisasikannya ibadah dalam kehidupan manusia.
Disela-sela penjelasan tentang makna ibadah dan cakupan maknanya, maka menjadi jelas bagi kita akan penyimpangan orang-orang yang menyimpang dari makna ibadah sesungguhnya. Mereka itu terbagi kepada tiga kelompok:
Kelompok pertama, mereka yang memahami ibadah secara sempit dan parsial. Mereka menyangka ibadah itu tidak lebih dari ibadah-ibadah yang dikenal secara umum saja seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Ketika di masjid mereka beribadah kepada Allah, dan ketika keluar masjid mereka berinteraksi dengan riba, berzina, meminum khamar, durhaka kepada orang tua, berprilaku buruk kepada teman-teman sekerja, istri dan anaknya juga tidak menutup aurat. di dalam masjid dia bersama Allah dari satu sisi, dan di luar masjid dia bersama Allah dan orang lain dari sisi yang lain. Mereka mau menjalankan firman Allah,“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa” (Al-Baqarah: 183), namun tidak mau menjalankan firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qish’alahissalam”(Al-Baqarah: 178)
Kelompok kedua, mereka yang memalingkan ibadah kepada selain Allah. Mereka Beribadah kepada selain Allah, menyembelih kepada selain Allah, bersumpah dengan selain Allah, dan tawaf juga bukan di Ka’bah dan disertai pengagungan kepada selain Allah, menyerahkan nazar kepada selain Allah, minta tolong kepada selain Allah, menyerahkan urusan bukan kepada selain Allah dan bertawakkal kepada selain Allah. Mereka lebih percaya dan yakin kepada umat manusia dari pada pencipta langit dan bumi. Bahkan ada yang berkata, “Apabila Anda mengalami masalah, maka minta tolonglah kepada pemilik kuburan ini.” Ada juga yang berkata, “Kami percaya dan yakin bahwa alam semesta mempunyai poros dan pasak-pasak yang mengatur dan menjalankan alam ini secara natural.”
Kelompok ketiga, mereka yang beribadah kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya, keikhlasannya tidak perlu diragukan lagi, namun ibadahnya kepada Allah tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka beribadah tidak sesuai dengan sunnah, karena itu ibadahnya akan tertolak langsung dan tidak diterima oleh Allah. Allah berfirman,
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا )
[ الكهف: 110]
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)
Dari sini jelas bahwa ibadah manusia kepada Allah dan mengerjakan kewajibannya tidak dibatasi oleh suatu batasan, tidak pula oleh tujuan. Tidak ada yang menghalangi dari ibadah dan ketaatan serta mengerjakan semua perintah Allah kecuali kematian, yaitu meninggalkan dunia yang fana ini. Pada hakikatnya kematian itu merupakan hal yang berat bagi jiwa manusia dan pada fitrahnya mereka tidak menginginkannya.
فَاِعْلَمُوا أَنْ اللهَ أَمرَّكُمْ بأمر بَدَأَ فِيه بِنَفْسُه وَثَنَى بِمَلاَئِكَتِهُ الْمَسْبَحَةَ بِقُدُسِهُ وَثُلْثَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ فَقَالَ عِزِّ مِنْ قَائِلِ
(إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا )[الأحزاب: 56]
اللَّهُمُّ صِلِّ وَسَلْمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدَ وَعَلَى آله وَصحابَتَهُ وَمِنْ اِهْتَدَى بِهُديِهُ واستن بِسَنَتِهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ .ثَمَّ اللَّهُمُّ اُرْضُ عَنْ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ أَبِي بَكَرَ وَعَمَرَ وعثمان وَعَلَيِي وَعَلَى بَقِيَّةَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعَ التَّابِعِينَ وَعَلَينَا مَعَهُمْ بِرَحِمَتِكَ يا أَرحمَ الرَّحِمِينَ .
اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ بِكُلَّ اِسْمَ هَوْلِكَ سَمَّيْتُ بِهِ نَفْسُكِ أَوَأَنْزَلَتْهُ فِي كُتَّابِكَ أَوْ عُلْمَتَهُ أَحَّدَا مِنْ خُلُقِكَ أواستأثرتبه فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكِ أَنْ تَجْعَلَ القرآن رَبِيعَ قُلُوبِنَا وَنُورَ صُدُورِنَا وجلاءَ أحزاننا وَذَهَابَ همومنا وَغُمُومَنَا
اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ والمؤمين وَالْمُؤَمَّنَاتِ الأحياء مِنْهُمْ والأموات .
اللَّهُمُّ أَعَزَّ الإسلام وَالْمُسَلَّمَيْنِ وَأُهِلُّكَ الْكَفَرَةَ والمشركين وَدَمَّرَ أَعَدَّاءَكَ أَعَدَّاءَ الدِّينِ
اللَّهُمُّ أَصلحَ لَنَا دَيِّنَنَا الَّذِي هوعصمة أَمرَّنَا ، وَأَصْلَحَ لَنَا دنياَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشَنَا وَأَصْلَحَ لَنَا آخرتنا الَّتِي إِلَيهَا مُعَادَنَا وَاِجْعَلْ اللَّهُمُّ حَيَّاتِنَا زِيادَةَ لَنَا فِي كُلَّ خَيِّرَ وَاِجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةَ لَنَا مِنْ كُلَّ شَرَّ
اللَّهُمُّ أَعَنَّا عَلَى ذَكَرِكَ وَشكرَكَ وَحَسَنَ عِبَادَتِكَ
اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ الْهُدى وَاِلْتَقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنى وَحَسَنَ الْخَاتِمَةِ
اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لَنَا واوالدينا وَاِرْحَمْهُمْ كَمَا رَبْوَنَا صغارَا
(رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا )[الفرقان: 74]
(رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ )[آل عمران: 8]
(رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ) [البقرة: 201]
عِبَادُ اللَّهِ (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ )[النحل: 90]
اِذَّكَرُوا اللَّه الْعَظِيمَ يَذَّكِرُكُمْ وَاِسْأَلُوهُ مِنْ فُضُلِهُ يُعْطَكُمْ وَلِذَكَرِ اللهُ أَكبرِ وَاللهَ يُعْلِمُ مَا تُصَنِّعُونَ