Oleh: Ustadz Darwis Abbas, S.Pd.I
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
[آل عمران: 102]
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا )[النساء: 1]
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 70 يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 71)[الأحزاب: 70-71]
أَلافَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اللهم فَصَلِّ وَسَلِّم علَىَ هَذَا النَّبِي الكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral muslimin, hafizhakumullahu jami’an…
Alhamdulillah, pujian dan sanjungan yang setinggi-tingginya hanya kita persembahkan kepada Allah Rabbul ‘Alamin, Tuhan yang senantiasa memberikan segala kebutuhan kita, baik yang kita minta maupun yang tidak kita minta.
Jama’ah Jum’at hafidzhakumullah…
Diantara sekian banyak kewajiban-kewajiban kita, ada satu kewajiban asasiah yang banyak diantara kita luput untuk melaksanakannya bahkan mungkin ada diantara kita yang tidak menganggap dia sebagai kewajiban kita, kewajiban itu adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Dalam surah Ali Imran ayat 104 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Dan hendaklah di antara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,
Dan Allah menutup ayatnya dengan,
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“dan mereka itulah yang termasuk orang-orang yang beruntung “.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia…
Keberuntungan yang dimaksud dalam ayat ini bergantung pada keaktifan kita, peran serta kita dalam menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Sebaliknya, mereka yang lalai yang tidak ingin terlibat dalam kerja yang agung ini tentu tidak termasuk orang-orang yang beruntung.
Pada hari ini kita menyaksikan kemunkaran telah merajalela dimana-mana sementara orang-orang yang peduli, orang-orang yang ingin terlibat dalam upaya pencegahan berbagai kemunkaran sangat sedikit. Sensitifitas keimanan kita bahkan tidak mampu mendeteksi kemunkaran-kemunkaran yang terdekat dengan kita. Bahkan di dalam rumah-rumah kita sendiri kita terlalu bertoleransi dengan kemunkaran itu, akibatnya hati kita menjadi pekat.
Masih dalam surah Ali Imran ayat 110 Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ ۗ
“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan ditengah-tengah manusia, kalian menyeruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah…”
Tiga syarat utama yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat ini jika kita ingin merealisasikan kaum muslimin sebagai “Khairu ummah” yaitu keikutsertaan kita dalam amar ma’ruf dan nahi munkar setelah kita beriman kepada Allah. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan amar ma’ruf dan nahi munkar dari beriman kepada Allah, kata ulama kita, hal ini menunjukkan akan urgensi amar ma’ruf dan nahi munkar. Kita semua tahu bahwa perkara yang paling asasiah dalam agama ini adalah beriman kepada Allah, namun untuk merealisasikan “Khairu ummah” kita pun harus aktif beramar ma’ruf dan nahi munkar.
Hukum amar ma’ruf dan nahi munkar menurut mayoritas ulama kita adalah fardhu kifayah, namun dia bisa menjadi fardhu ‘ain sebagaimana kata Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyah rahimahumallah, “jika semua orang diam, tidak ada yang bergerak, tidak ada yang aktif maka pada saat itu amar ma’ruf dan nahi munkar menjadi fardhu ‘ain bagi setiap orang”, kata syekh bin Bazrahimahullah, ” amar ma’ruf dan nahi munkar fardhu ‘ain bagi setiap individu sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing”, hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Bahaya telah mengancam kita akibat sikap acuh tak acuh kita terhadap kemunkaran-kemunkaran yang ada padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 25:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُوٓا أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿الأنفال:٢٥﴾
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
Maksudnya, semua orang yang ada di tempat itu, mereka yang melakukan kezhaliman maupun orang-orang yang baik jika mereka lalai untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar akan binasa bersama-sama. Dalam al-Qur’an surah al-A’raf ayat 164 dan seterusnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan sebuah kisah yang terjadi pada zaman Bani Israil. Pada saat itu berbagai bentuk kemunkaran telah merajalela ditengah-tengah mereka, sangat sedikit diantara mereka yang peduli, bahkan mereka-mereka yang peduli mendapatkan hinaan, pelecehan dan lain sebagainya, lalu pada akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan mereka, Allah mengatakan;
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّـهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا۟ مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa. (QS. Al-A’raf: 164)
Dalam ayat tersebut disebutkan 2 manfaat da’wah:
Yang pertama adalah salah satu bentuk pertanggung jawaban kita kelak di hadapan Allah. Kelak di hadapan Allah Ta’ala setiap kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang sejauh mana keaktifan kita, peran serta kita dalam menegakkan da’wah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua, boleh jadi masyarakat yang telah kita anggap sesat, sulit mendapatkan petunjuk ternyata dengan da’wah yang sederhana ada diantara mereka yang mendapatkan petunjuk, dan Allah mengatakan dalam kelanjutan ayatnya:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِٓ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوٓءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَـِٔيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf: 165)
Dalam kisah ini disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan orang-orang yang sebelumnya aktif mencegah masyarakatnya dari kemunkaran-kemunkaran yang merajalela lalu setelah itu Allah membinasakan orang-orang yang tersisa di tempat itu, maka orang-orang yang zhalim dan orang-orang yang baik namun tidak aktif beramar ma’ruf dan nahi munkar dibinasakan oleh Allah subhanahu wata’ala bersama-sama. Oleh karena itu Jama’ah jum’at hafidzhakumullah, boleh jadi berbagai musibah yang menimpa kita akhir-akhir ini akibat sikap acuh tak acuh kita terhadap berbagai kemunkaran yang merajalela di tengah-tengah kita dan untuk dapat menyelamatkan kita dari berbagai musibah tersebut tidak ada jalan lain bagi kita, kita harus aktif melibatkan diri-diri kita dalam amar ma’ruf dan nahi munkar.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِـرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَـائِرِ الْـمُسْلِـمِـينَ مِنْ كُـلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِـرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِـيمُ
الحَمْدُ للهِ عَلى إحسَانِهِ ، والشُّكرُ لَهُ عَلَى تَوفِيقِهِ وامتِنَانِهِ ، وأشهدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تعظِيماً لِشَأنِهِ ، وأشهدُ أنَّ مُحمَداً عبدُهُ ورسولُهُ الدَّاعِي إلى رضوانِهِ. اللهم فَصَلِّ وَسَلِّم علَىَ هَذَا النَّبِي الكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْم الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ.
Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Al-Haqqu bilaa nizham yughlibuhu al-baathil bi al-nizham”, Kebenaran yang tidak tertata rapi, yang tidak terorganisir dengan baik akan dihancurkan, akan dikalahkan dengan kemunkaran yang tertata rapi. Pada hari ini kita menyaksikan para pengusung kemunkaran telah mengorganisir diri dengan rapi, mereka mampu mempengaruhi penentu kebijakan dalam mengambil keputusan-keputusan. Maka jika kita diam tidak melawan tentu dengan mengorganisir diri pula dalam barisan yang rapi maka mustahil kita mampu mencegah mereka, perbuatan homo seksual yang telah menyebabkan kaum Nabi Luth dihancurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari ini telah mendapatkan hubungan yang sangat kuat dari orang-orang yang mengambil kebijakan. Mari kita membaca bahwa pembahasan kitab Undang-Undang hukum pidana yang akan direvisi tidak memasukkan kejahatan homo seksual sebagai sebuah kejahatan. Tentu ini sangat memperihatinkan kita, mereka tidak menganggap pelaku seksual seperti itu sebagai sesuatu yang melanggar Undang-Undang padahal secara tegas hal ini dilarang dalam agama ini bahkan agama lainpun mengutuk dengan keras perbuatan ini. Maka kita harus bergerak bersama-sama, bagaimana caranya agar upaya melegalkan homo seksual ini bisa terhalangi, bisa gagal karena jika ini tidak berhasil maka tanda musibah akan jatuh ketengah-tengah kita. Kita khawatir musibah yang melanda kaum sodom sebagaimana yang Allah beritakan dalam al-Qur’an juga akan ditimpakan di tengah-tengah masyarakat kita akibat kelegalan tindakan homo seksual tersebut dan bahkan masih banyak lagi kejahatan yang sangat besar yang sekarang ini sudah dilegalkan di tengah-tengah kita. Na’udzubillahi mindzalik.
فَاِعْلَمُوا أَنْ اللهَ أَمرَّكُمْ بأمر بَدَأَ فِيه بِنَفْسُه و ثَنَى بِمَلاَئِكَتِهُ الْمَسْبَحَةَ بِقُدُسِهُ و ثُلْثَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ فَقَالَ عِزِّ مِنْ قَائِلِ إِنَّ اللهَ و مَلاَئِكَتَهُ يَصْلَوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يأيها الَّذِينَ آمنوا صَلُوا عَلَيه و سَلَّمُوا تَسْلِيمَا . اللَّهُمُّ صِلِّ و سَلْمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدَ و عَلًّ آله و صحابَتَهُ و مِنْ اِهْتَدَى بِهُديِهُ و استن بِسَنَتِهُ إِلَى ‘ يَوْمِ الدِّينِ ‘. ثَمَّ اللَّهُمُّ اُرْضُ عَنْ الْخُلَفَاءِ ‘ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ ‘ أَبِي بَكَرَ و عَمَرَ و عثمان و عَلَيِي و عَلَى ‘ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ ‘ و التَّابِعَيْنِ و تَابِعَ التَّابِعِينَ و عَلَينَا مَعَهُمْ بِرَحِمَتِكَ ي أَرحمَ الرَّحِمِينَ .
اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ بِكُلَّ اِسْمَ هُوَ لَكَ سَمَّيْتُ بِهِ نَفْسُكِ أَوْ أَنَزْلَتَهُ فِي كُتَّابِكَ أَوْ عُلْمَتَهُ أَحَّدَا مِنْ خُلُقِكَ أَوْ اِسْتَأْثَرَتْهُ فِي ‹ عِلْمِ الْغَيْبِ ‹ عِنْدَكِ أَنْ تَجْعَلَ القرآن رَبِيعَ قُلُوبِنَا و نُورَ صُدُورِنَا و جَلاَءَ أحزاننا و ذَهَابَ همومنا و غُمُومَنَا اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ و الْمُسَلَّمَاتِ و المؤمين و الْمُؤَمَّنَاتِ الأحياء مِنْهُمْ و الأموات . اللَّهُمُّ أَعَزَّ الإسلام و الْمُسَلَّمَيْنِ و أَهَلَكَ الْكَفْرَةِ و المشركين و دَمَّرَ أَعَدَّاءَكَ أَعَدَّاءَ الدِّينِ اللَّهُمُّ أَصلحَ لَنَا دَيِّنَنَا الَّذِي هُوَ عُصُمَةُ أَمرَّنَا ، و أَصلحَ لَنَا دنياَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشَنَا و أَصلحَ لَنَا آخرتنا الَّتِي إِلَيهَا مُعَادَنَا و اِجْعَلْ اللَّهُمُّ حَيَّاتِنَا زِيادَةَ لَنَا فِي كُلَّ خَيِّرَ و اِجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةَ لَنَا مِنْ كُلَّ شَرَّ اللَّهُمُّ أَعَنَّا عَلَى ذَكَرِكَ و شكرَكَ و حَسَنَ عِبَادَتِكَ اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ الْهُدى و اِلْتَقَى و الْعَفَافَ و الْغِنى و حَسَنَ الْخَاتِمَةِ اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لَنَا و اوالدينا و اِرْحَمْهُمْ كَمَا رَبْوَنَا صغارَا رَبَّنَا هَبَّ لَنَا مِنْ أَزَواجِنَا و ذَرِّيَاتِنَا قَرَّةً أَعَيْنَ و احعلنا للمتقين إماما رَبَّنَا لَا تَزِغُ قُلُوبُنَا بَعْدَ إِذْ هِدْيَتَنَا و هَبَّ لَنَا مِنْ لَدُنْكِ رَحْمَةَ إِنَّكِ أَنْتِ الْوَهَّابَ رَبَّنَا آتنا فِي الدُّنْيا حَسَنَةَ و فِي ‹ الآخِرَةِ حَسَنَةً ‹ و قَنَّا ‹ عَذَابَ النَّار
عِبَادُ اللَّه إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعِدْلِ و الإحسان و إيتاء ذى الْقربى و يَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ و الْمُنَكَّرَ و الْبَغِيَّ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكِرُونَ فَاِذَّكَرُوا اللَّه الْعَظِيمَ يَذَّكِرُكُمْ و اِسْأَلُوهُ مِنْ فُضُلِهُ يُعْطَكُمْ و لِذَكَّرَ اللهُ أَكبرِ و اللهَ يُعْلِمُ مَا تُصَنِّعُونَ
Sumber:
http://wahdahmakassar.org/urgensi-amar-maruf-nahi-munkar/#ixzz2ql3QQbU0